A.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di
rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena
merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Tempat sintesa dari berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol,
ureum dan zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat
pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan
penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti estrogen.
Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat
penting dalam eliminasi organisme asing baik bakteri maupun virus. Karena itu
untuk memperlihatkan adanya gangguan faal hati, terdapat satu deretan tes yang
biasanya dibuat untuk menilai faal hati tersebut. Perlu diingat bahwa semua tes
kesehatan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berlainan, maka
interpretasi dari hasil tes sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka
tes faal hati pun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak dinilai. Dan ketika
sel-sel atau jaringan hati mengalami kerusakan dapat dilakukan pemeriksaan
SGOT(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT(Serum Glutamic Piruvic
Transaminase). Kedua enzim ini terdapat dalam sel-sel hati, otot jantung,
ginjal, otot rangka dan otak.
Hati / hepar / liver merupakan
organ metabolik terbesar dalam tubuh manusia. Oleh karena itu hati mempunyai
berbagai macam fungsi, yaitu :
1.
Vaskuler - menimbun dan filtrasi darah
2. Ekskresi - membentuk empedu dan
mengeluarkan ke Usus, juga bilirubin, cholesterol, garam empedu → empedu
3.
Metabolik - Karbohidrat, protein, lemak, vitamin
4. Pertahanan tubuh - Detoksifikasi
bahan – bahan beracun, dengan : konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi,
oksidasi, hidroksilasi- fagositosis - dan pembentukan antibodi
Dalam fungsi ekskresi maka hati
akan mengeluarkan bahan bahan metabolit seperti empedu, bilirubin, kolesterol
dan sebagainya melalui saluran pencernaan, untuk dibuang atau menjadi metabolit
lain. Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka ada banyak
pula, lebih dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal hati.' Semuanya,
disebut sebagai "tes faal hati ". Sebenarnya hanya beberapa yang-
benar-benar mengukur faal hati. 1-3 Diantara berbagai tes tersebut tidak ada tes
tunggal yang efektif mengukur faal hati secara keseluruhan. Beberapa tes
terlalu peka sehingga tidak khas, sebagian lagi dipengaruhi pula oleh faktor
-faktor di luar hati, sebagian lagi sudah obsolete.
Sebaliknya makin banyak tes yang
diminta maka makin besar pula kemungkinannya mendapatkan defisiensi biokimia.
Cara pemeriksaan shotgun semacam itu akan menimbulkan kebingungan. Sebaiknya
memilih beberapa tes saja.
Beberapa kriteria yang dapat
dipakai adalah, antara lain, dapatnya dikerjakan tes tersebut secara baik
dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya, stress yang dibebankan
kepada penderita, kemampuan diagnostik dari tes tersebut, dan lain-lain. Pada
pengujian kerusakan hati, gangguan biokimia yang terlihat adalah peningkatan permeabilitas
dinding sel, berkurangnya kapasitas sintesa, terganggunya faal ekskresi,
berkurangnya kapasitas penyimpanan, terganggunya faal detoksifikasi peningkatan
reaksi mesenkimal dan imunologi yang abnormal.
FUNGSI HATI :
1. Vaskuler :
menimbun dan filtrasi darah
2.
Ekskresi : membentuk empedu dan mengekskresikan ke usus
3.
Metabolic : karbohidrat, protein, lemak, vitamin
4. pertahanan tubuh : detoksifikasi
bahan – bahan beracun, dengan : konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi,
oksidasi, hidroksilasi sel – sel kupfer, fagositosis, pembentukan antibody
FUNGSI EKSKRESI :
Diperiksa menggunakan berbagai parameter
laboratorium yaitu :
· Bilirubin serum
· Bilirubin urin (kualitatif)
· Urobilinogen urin (kualitatif)
· Stercobilin tinja (kualitatif)
· Asam empedu
· Menyuntikkan bahan – bahan : BSP, ICG,
Rose Bengal Radioaktif
METABOLISME BILIRUBIN
85% bilirubin berasal dari pemecahan
s.d.m tua (umur s.d.m ± 120 hari), terutama di limpa 15% berasal dari destruksi
s.d.m matang dlm sumsum tulang (hematopoisis tidak efektif) Metabolisme
bilirubin. oleh sel hati berlangsung 3 tahap :
1. pengambilan, konyugasi & ekskresi
2. Pengambilan perlu protein sitoplasma
3. Konyugasi molekul bilirubin dengan asam
glukoronat dalam retikulum endoplasma sel hati dengan bantuan enzim glukuronil
transferase
Konyugasi
mengubah sifat² bilirubin; bilirubin terkonyugasi larut dalam air & dapat
diekskresi dalam kemih ( >< bilirubin tak terkonyugasi) - Bilirubin terkonyugasi
kemudian diekskresi melalui saluran empedu ke usus halus, bakteri usus halus
mereduksi bilirubin terkonyugasi menjadi sterkobilinogen atau urobilinogen (shg
feses berwarna coklat) - ± 10 – 20 % urobilinogen mengalami siklus
enterohepatik & sejumlah kecil diekskresi dlm saluran kemih.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana nilai AST menggunakan spesimen
serum ?
2. Bagaimana nilai AST menggunakan spesimen
plasma EDTA ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai AST menggunakan
spesimen serum
2. Untuk mengetahui nilai AST menggunakan plasma
EDTA
A.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Transaminase aspartat (bahasa Inggris: aspartate
transaminase, aspartate aminotransferase, serum glutamate-oxaloacetate
transferase, ASAT, AAT, AspAT, AST, SGOT, EC 2.6.1.1) adalah enzim golongan
transaminase yang sering dikaitkan dengan kinerja organ hati, seperti enzim
ALT. Namun, SGOT tidak hanya ada pada organ hati, tetapi juga ditemukan di
jantung, otot rangka, dan ginjal. (Wikipedia)
Aspartat amino transferase atau yang disebut / disingkat menjadi AST
adalah enzim yang diproduksi hati. Peningkatan kadar AST dapat mengakibatkan
Penyakit hati seperti penyakit kuning, pembengkakan dihati. Perlu kita ketahui
AST tidak hanya terdapat dihati tetapi
juga terdapat di jantung, otot, rangka dan ginjal.
Aspartate amino tranferase (AST) yang dulu bernama
glutamate oksaloasetat transaminase (GOT) mengerjkan reaksi antara asam
aspartate dan asam alfa-ketoglutamat.(Ripani, Ahmad. 2015)
Menurut teknologi laboratorium menyatakan bahwa
Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler,
kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark
jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48
jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari
jika tidak terjadi infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan
kadar enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat
dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan
akan tetap demikian dalam waktu yang lama.
AST terdapat dalam aktivitas tinggi di dalam otot
jantung, otot rangka, hepar dan ginjal. Meskipum kehilangan AST tidak spesifik
kerusakan hati, AST juga digunakan untuk membantu mendiagnosa pertama dan
monitor yang baik terhadap kerusakan hati (dikombinasi dengan pemeriksaan enzim
yang lain seperti ALT, ALP, dan juga Bilirubin. Nilai normal AST mempunyai
range dari 10-34 IU/L. pada kerusakan hati oleh Alkohol, baikyang akut maupun
yang kronik, peningkatan AST biasanya lebih tinggi dari peningkatan
ALT.(Ripani, Ahmad. 2015)
Pada kerusakan hati akut, jumlah enzim transaminase
aspartat (AST) meningkat dalam darah.
Tujuan pemeriksaan SGOT yaitu untuk menggambarkan fungsi
hati atau kondisi hati dan pendeteksian infeksi bahkan kerusakan/cedera pada
jaringan otot, jantung bahkan hati.
Meningkatnya kadar AST dapat disebabkan oleh banyak hal
antara lain: Obat penekan kolestrol, alcohol, kegagalan jantung, Hepatitis (A,
B, C), kegemukan, obat-obat anti sakit, termasuk acetaminophen, kerusakan usus
kecil akibat gluten, infeksi, kelebihan zat besi, kanker hati, keracunan obat,
kelebihan tembaga dalam tubuh.
Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di tubuh, berwarna merah
kecoklatan, berat sekitar 1300 sampai 1550 gram dan memiliki banyak pembuluh
arah. Hati merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh. Hati terdiri dari
beberapa bagian. Ada lobus kanan lobus kiri. Terdiri dari banyak vena sentralus
dan lukuna atau ruang yang memisahkan
satu lonbulus dengan lobulus lainnya. Hati memiliki peran yang sangat penting.
Jadi harus dijaga dengan sebaik mungkin.(Arif, achmad yusron. 2017)
Tes fungsi Hati
Menurut
kamus kesehatan menyatakan bahwa Tes fungsi hati (panel hati) adalah
seperangkat tes darah yang mengukur kadar enzim hati, protein, dan zat lainnya.
Tes fungsi hati digunakan untuk membantu mendiagnosis penyakit hati, menilai
tingkat kerusakan hati dan menentukan seberapa baik pengobatan bekerja
Pada hasil test fungsi hati dapat dilihat kadar AST yang
menunjukkan kondisi fungsi hati pada saat dilakukan pengetesan. Kadar AST
normal adalah untuk AST 8-33 IU/L.
Fungsi Hati Di Dalam Tubuh
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, fungsi hati
sangatlah banyak sekali. Fungsi utama hati adalah untuk menawarkan racun.
Setiap harinya tubuh kita selalu memasukkan racun. Entah dari makanan, minuman,
obat atau polusi. Proses metabolisme tubuh, akan menghasilkan asam laktat yang
berbahaya. Dengan adanya hati semua racun tersebut akan dibuat menjadi glikogen
dan yang berbahaya dihilangkan. Glikogen ini kan berfungsi sebagai sumber
energi dan disimpan di dalam otot. Tanpa adanya hati, semua racun akan masuk ke
dalam tubuh dan tidak di saring sama sekali. Ini akan membahayakan diri anda.
(Arif, achmad yusron. 2017)
Bagaimana pemeriksaan AST dalam laboratorium ?
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara
fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer atau
spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer. Prinsip analisa SGOT/AST dengan metode
spektrofotometri adalah Glutamat oxaloasetat transaminase (GOT) atau aspartat
transaminase mengkatalis transfer gugus
amino dari L-aspartat ke 2-oxoglutarat untuk membentuk oxaloasetat dan
L-glutamat. Kemudian Laktat dehidrogenase (LDH) mengkonversi oxaloasetat
menjadi L-malat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+.
Alat dan Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan SGOT/AST:
Alat : Mikropipet 100 µl, Mikropipet 500 µl, Yellow tip,
Blue tip, Tabung reaksi, Kuvet, Spektrofotometri
Bahan :
· Reagen
diasys ASAT (GOT) Es monoreagen (dibuat dengan mencampurkan 4 bagian R1 dengan
1 bagian R2, kemudian ditunggu 30 menit)
· Sampel
serum
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium
:
· Injeksi
per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
·
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat
menurunkan kadar SGOT/AST
· Hemolisis
sampel darah
·
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin,
karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin,
nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin,
vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi
(metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam
(Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral,
teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang
keliru. (Riswanto.2009)
PEMERIKSAAN FUNGSI HATI
Pemeriksaan terhadap fungsi hati
secara umum meliputi Alanine aminotransferase (ALT), Aspartarte
aminotransferase (AST), Alkaline phosphatase (ALP), Gamma glutamyl transferase
(GGT atau Gamma GT), Bilirubin, Albumin, pemeriksaan massa prothrombin (PT) dan
International Normalised Ratio (INR). Masing-masing pemeriksaan tersebut
menjadi petunjuk untuk mengetahui apakah ada masalah pada fungsi hati atau
tidak. Hasil yang ingin diketahui dari pemeriksaan yang telah disebutkan
sebelumnya adalah:
1. Alanine Tranaminase (ALT)
Ini merupakan enzim yang ditemukan
terutama di dalam sel hati. ALT dapat membantu metabolisme protein dalam tubuh.
Dalam kondisi normal, kadar ALT di dalam darah adalah rendah. Sebaliknya,
tingginya kadar ALT mengindikasikan adanya kerusakan hati.
2. Aspartate Transaminase (AST)
Enzim AST berperan dalam metabolisme
alanine. AST ditemukan dalam kadar yang tinggi di sel-sel hati, jantung, dan
otot-otot lainnya. Namun jika AST tersebut ditemukan dengan kadar yang tinggi
di dalam darah, ini mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati.
3. Alkaline Phosphatase (ALP)
Enzim ALP ditemukan dalam
konsentrasi yang tinggi di hati, saluran emmpedu, dan beberapa jaringan
lainnya. Peningkatan kadar ALP mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit
hati, terutama bila terjadi sumbatan di saluran empedu.
4. Albumin dan Total Protein
Kadar Albumin (protein yang dibuat
di hati) dan protein total menunjukkan baiknya kemampuan hati memproduksi
protein untuk kebutuhan tubuh memerangi infeksi dan menjaga fungsi lainnya.
Berkurangnya kadar dari nilai normal mengindikasikan adanya kerusakan atau
penyakit hati.
5. Bilirubin
Bilirubin dihasilkan oleh pemecahan
hemoglobin di dalam hati. Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang
melalui feses. Peningkatan kadar bilirubin menunjukkan adanya penyakit hati
atau saluran empedu.
6. Gamma glutamyl transferase (GGT atau
Gamma GT)
Pemeriksaan Gamma glutamyl
transferase (GGT atau Gamma GT), bertujuan sebagai indikator untuk para
pengguna alkohol. Pemeriksaan GGT ini biasa dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan ALP untuk meyakinkan bahwa kenaikan angka pada ALP disebabkan
karena adanya masalah pada hati, bukan karena faktor lain.
7. Albumin
Pemeriksaan Albumin, bertujuan untuk
mengetahui penurunan kadar albumin yang biasa terjadi pada penyakit hati
kronik. Tetapi, penurunan albumin juga bisa disebabkan karena kekurangan
protein.
8. Massa Prothrombin (PT) dan International
Normalised Ratio (INR)
Pemeriksaan Massa Prothrombin (PT)
dan International Normalised Ratio (INR), bertujuan sebagai indikasi apakah
penyakit hati semakin buruk atau tidak. Peningkatan angka menunjukkan penyakit
kronik menjadi semakin buruk.
Jika ada kecurigaan penderita
mengalami kanker hati, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Misalnya,
pemeriksaan kadar protein dalam darah yang disebut Alpha fetoprotein (AFP).
Kenaikan nilai AFP menunjukkan tingkat parahnya kanker hati yang diderita,
sedangkan penurunan nilai AFP menujukkan menjinaknya kanker karena pengobatan
yang berhasil. Pemeriksaan ini sangat penting pada penderita kanker untuk
memantau efektivitas pengobatan yang sedang dilakukan. Pada penderita kanker
bilier, pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah CA 19-9 dan CEA
Pemeriksaan hati yang rutin sangat baik
untuk memastikan agar organ ini dapat terus bekerja secara maksimal. Hindari
sakit hati dengan melakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum terlambat.
Mengapa pengambilan
spesimen serum yang baik penting...?
Karena pengambilan serum
yang baik penting untuk pemeriksaan dan
alat laboratorium.
Pengambilan darah yang baik penting untuk
mendapatkan serum yang baik. Untuk pemeriksaan Laboratorium klinik serum yang
baik itu penting untuk mencegah rusaknya Alat Laboratorium yang saat kita
gunakan. Perlu kita ketahui alat alat dilaboratorium itu mahal mahal harganya.
Untuk itu guna pengambilan spesimen yang baik dan benar itu penting.
Bagaimana cara mengambil darah yang baik
tersebut;
Darah
vena diperoleh dengan jalan fungsi vena. Jarum yang digunakan untuk menembus
vena itu hendaknya cukup besar, sedangkan ujungnya harus runcing, tajam dan
lurus. Danjurkan untuk memakai jarum dan semprint yang dispossible; semprit semacam itu biasanya dibuat dari semacam
plastik. Baik semprint maupun jarum hendaknya dibuang setelah dipakai,
janganlah disterilkan lagi guna pemakainan berulang. (Ripani, Ahmad. 2015)
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah
adalah :
Ø Lengan
pada sisi mastectomy
Ø Daerah
edema
Ø Hematoma
Ø Daerah
dimana darah sedang ditransfusikan
Ø Daerah
bekas luka
Ø Daerah
dengan cannula, fistula atau
cangkokan vascular
Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan
darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat
tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena,
yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat
suntik (syring), sedangkan cara vakum
dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
(Muluc, Mulki. 2017)
Menurut Wulandari, suci.
2015
CARA
KERJA PENGAMBILAN DARAH VENA DENGAN SPUIT/SYRING:
1. Persiapkan
alat2 yg digunakan:spuit,kapas alcohol 70%,tourniquet,plester,dan tabung
2. Lakukan
pendekatan dengan pasien dengan tenang dan ramah
3. Identifikasi
pasien dengan benar sesuai dengan data dilembar permintaan
4. Verfikasi
keadaan pasien,misalnya puasa atau konsumsi obat,catat bila pasien sedang puasa
atau konsumsi obat
5. Minta
pasien meluruskan lengannya,pilih lengan yg banyak melakukan aktifitas
6. Minta
pasien mengepalkan tangannya
7. Pasang
tourniquet kira2 10 cm diatas lipas siku(3 jari)
8. Pilih
bagian median cubital atau basilica atau cephalica.Lakukan perabaan untuk
memastikan posisi vena,vena teraba spt pipa kecil,elastis,dan memiliki dinding
tebal.Jika vena tida teraba,lalukan pengurutan dari arah pergelangan
kesiku,atau kompres dgn air hangat slm 5 menit didaerah lengan
9. Bersihkan
kulit pd bagian yang akan diambil darah dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering.
10. Tusuk
bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas(40o ).jika jarum telah
masuk kedalam vena,akan terlihat darah masuk kedalam spuit(dinamakan
flash).Usahakan sekali tusuk kena
11. Letakkan
kapas kering ditempat suntikkan lalu lepaskan tourniquet lalu segera
lepaskan/tarik jarum.Tekan kapas beberapa saat lalu kenakan plester kira2 15 menit.
12. JANGAN
MENARIK JARUM SEBELUM TURNIQUET DIBUKA.
Menurut Ripani, Ahmad.
2015
PEMBUATAN
SERUM DARI DARAH VENA
1. Darah
vena yang didapatkan dari sampling tadi dimasukkan dalam tabung sentrifuge dan
didiamkan 15 – 30 menit agar darah membeku.
2. Setelah
membeku darah dimasukan dalam sentrifuge.
3. Disentrifuge
selama 10 menit pada 1500 rpm atau 5 menit pada 2000 rpm.
4. Tabung
senrifuge dikeluarkan.
5. Serum
yang terjadi segera dipisahkan dari bekuan darah dengan pipet atau mikropipet
dan dmasukkan dalam tabung yang bersih dan kering.
6. Apabila
tidak segera diperiksa, maka serum disimpan dalam kulkas suhu 2 – 8oC
atau suhu beku pada freezer
B.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan I :
Menurut (Suartini, 2013),
Faktor pra analitik, analitik maupun
post analitik perlu diperhatikan dalam pemeriksaan aktivitas enzim ini. Faktor
ini perlu diperhatikan karena aktivitas enzim banyak dipengaruhi oleh suhu,
substrat, waktu, dan konsentrasi dari zat yang diubah. Dalam kasus ini,
faktor-faktor di atas diduga telah dikendalikan dengan baik. Hemolisis dapat
dihindari mulai dari pengambilan sampel hingga pemisahan serum dari sel-sel
darah setelah dicentrifuge. Reagen yang digunakan telah dikalibrasi dengan alat
TMS Analyzer yang berada di Rumah Sakit Orthopedi. Quality Control dilakukan setiap hari sebelum
pemeriksaan dilakukan.
3.2 Kesimpulan II :
Faktor
pra-analitik untuk pemeriksaan enzim SGOT di laboratorium yang perlu
diperhatikan antara lain pengambilan spesimen darah dan persiapan reagen serta
alat yang digunakan. Pengambilan spesimen harus memperhatikan kemungkinan
terjadinya hemolisis. Darah diambil dan ditampung pada tabung tanpa
antikoagulan (plain) kemudian dilakukan pemusingan untuk mendapatkan serum.
Hemolisis perlu dihindari karena dapat mempengaruhi temuan laboratorium. SGOT
terdapat pada sel-sel darah merah, sehingga apabila terjadi hemolisis akan
terjadi peningkatan kadar SGOT yang keluar dari sel darah merah (Kee, 2007).
3.3 Saran :
Untuk pemeriksaan SGOT hal hal yang perlu diperhatikan
- Pengambilan darah
pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
- Trauma pada proses
pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar
- Hemolisis sampel
- Obat-obatan dapat
meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin,
gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika
(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa,
guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat,
rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral
(progestin-estrogen), lead dan heparin.
- Aspirin dapat
meningkatkan atau menurunkan kadar.
3.4 Masalah
Klinis
- Enzim SGOT dan
SGPT dapat meningkat karena adanya gangguan fungsi hati, dan penanda
kerusakan sel lainnya, yang salah satu penyebabnya adalah proses infeksi
yang disebabkan oleh virus.
- Peningkatan
SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia)
- Peningkatan
3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan
empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
- Peningkatan
1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis
biliaris.
·
Hemolisis
sampel darah
·
Obat-obatan
dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin,
kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,
polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika
(kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin),
metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin
(Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat
dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.
Daftar Pustaka
Ripani, Ahmad. 2015.Kimia Klinik Kimia Darah Edisi II jilid 2. Banjarmasin
: SMK Unggulan Husada.
Riswanto, 2009, SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase).
Kee J.L., 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Ed. 6.
Jakarta: EGC. hlm 15, 16.
Wulandari, Suci. 2015. Pengambilan sampel darah vena.
A.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di
rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena
merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Tempat sintesa dari berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol,
ureum dan zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat
pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan
penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti estrogen.
Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat
penting dalam eliminasi organisme asing baik bakteri maupun virus. Karena itu
untuk memperlihatkan adanya gangguan faal hati, terdapat satu deretan tes yang
biasanya dibuat untuk menilai faal hati tersebut. Perlu diingat bahwa semua tes
kesehatan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berlainan, maka
interpretasi dari hasil tes sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka
tes faal hati pun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak dinilai. Dan ketika
sel-sel atau jaringan hati mengalami kerusakan dapat dilakukan pemeriksaan
SGOT(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT(Serum Glutamic Piruvic
Transaminase). Kedua enzim ini terdapat dalam sel-sel hati, otot jantung,
ginjal, otot rangka dan otak.
Hati / hepar / liver merupakan
organ metabolik terbesar dalam tubuh manusia. Oleh karena itu hati mempunyai
berbagai macam fungsi, yaitu :
1.
Vaskuler - menimbun dan filtrasi darah
2. Ekskresi - membentuk empedu dan
mengeluarkan ke Usus, juga bilirubin, cholesterol, garam empedu → empedu
3.
Metabolik - Karbohidrat, protein, lemak, vitamin
4. Pertahanan tubuh - Detoksifikasi
bahan – bahan beracun, dengan : konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi,
oksidasi, hidroksilasi- fagositosis - dan pembentukan antibodi
Dalam fungsi ekskresi maka hati
akan mengeluarkan bahan bahan metabolit seperti empedu, bilirubin, kolesterol
dan sebagainya melalui saluran pencernaan, untuk dibuang atau menjadi metabolit
lain. Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka ada banyak
pula, lebih dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal hati.' Semuanya,
disebut sebagai "tes faal hati ". Sebenarnya hanya beberapa yang-
benar-benar mengukur faal hati. 1-3 Diantara berbagai tes tersebut tidak ada tes
tunggal yang efektif mengukur faal hati secara keseluruhan. Beberapa tes
terlalu peka sehingga tidak khas, sebagian lagi dipengaruhi pula oleh faktor
-faktor di luar hati, sebagian lagi sudah obsolete.
Sebaliknya makin banyak tes yang
diminta maka makin besar pula kemungkinannya mendapatkan defisiensi biokimia.
Cara pemeriksaan shotgun semacam itu akan menimbulkan kebingungan. Sebaiknya
memilih beberapa tes saja.
Beberapa kriteria yang dapat
dipakai adalah, antara lain, dapatnya dikerjakan tes tersebut secara baik
dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya, stress yang dibebankan
kepada penderita, kemampuan diagnostik dari tes tersebut, dan lain-lain. Pada
pengujian kerusakan hati, gangguan biokimia yang terlihat adalah peningkatan permeabilitas
dinding sel, berkurangnya kapasitas sintesa, terganggunya faal ekskresi,
berkurangnya kapasitas penyimpanan, terganggunya faal detoksifikasi peningkatan
reaksi mesenkimal dan imunologi yang abnormal.
FUNGSI HATI :
1. Vaskuler :
menimbun dan filtrasi darah
2.
Ekskresi : membentuk empedu dan mengekskresikan ke usus
3.
Metabolic : karbohidrat, protein, lemak, vitamin
4. pertahanan tubuh : detoksifikasi
bahan – bahan beracun, dengan : konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi,
oksidasi, hidroksilasi sel – sel kupfer, fagositosis, pembentukan antibody
FUNGSI EKSKRESI :
Diperiksa menggunakan berbagai parameter
laboratorium yaitu :
· Bilirubin serum
· Bilirubin urin (kualitatif)
· Urobilinogen urin (kualitatif)
· Stercobilin tinja (kualitatif)
· Asam empedu
· Menyuntikkan bahan – bahan : BSP, ICG,
Rose Bengal Radioaktif
METABOLISME BILIRUBIN
85% bilirubin berasal dari pemecahan
s.d.m tua (umur s.d.m ± 120 hari), terutama di limpa 15% berasal dari destruksi
s.d.m matang dlm sumsum tulang (hematopoisis tidak efektif) Metabolisme
bilirubin. oleh sel hati berlangsung 3 tahap :
1. pengambilan, konyugasi & ekskresi
2. Pengambilan perlu protein sitoplasma
3. Konyugasi molekul bilirubin dengan asam
glukoronat dalam retikulum endoplasma sel hati dengan bantuan enzim glukuronil
transferase
Konyugasi
mengubah sifat² bilirubin; bilirubin terkonyugasi larut dalam air & dapat
diekskresi dalam kemih ( >< bilirubin tak terkonyugasi) - Bilirubin terkonyugasi
kemudian diekskresi melalui saluran empedu ke usus halus, bakteri usus halus
mereduksi bilirubin terkonyugasi menjadi sterkobilinogen atau urobilinogen (shg
feses berwarna coklat) - ± 10 – 20 % urobilinogen mengalami siklus
enterohepatik & sejumlah kecil diekskresi dlm saluran kemih.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana nilai AST menggunakan spesimen
serum ?
2. Bagaimana nilai AST menggunakan spesimen
plasma EDTA ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai AST menggunakan
spesimen serum
2. Untuk mengetahui nilai AST menggunakan plasma
EDTA
A.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Transaminase aspartat (bahasa Inggris: aspartate
transaminase, aspartate aminotransferase, serum glutamate-oxaloacetate
transferase, ASAT, AAT, AspAT, AST, SGOT, EC 2.6.1.1) adalah enzim golongan
transaminase yang sering dikaitkan dengan kinerja organ hati, seperti enzim
ALT. Namun, SGOT tidak hanya ada pada organ hati, tetapi juga ditemukan di
jantung, otot rangka, dan ginjal. (Wikipedia)
Aspartat amino transferase atau yang disebut / disingkat menjadi AST
adalah enzim yang diproduksi hati. Peningkatan kadar AST dapat mengakibatkan
Penyakit hati seperti penyakit kuning, pembengkakan dihati. Perlu kita ketahui
AST tidak hanya terdapat dihati tetapi
juga terdapat di jantung, otot, rangka dan ginjal.
Aspartate amino tranferase (AST) yang dulu bernama
glutamate oksaloasetat transaminase (GOT) mengerjkan reaksi antara asam
aspartate dan asam alfa-ketoglutamat.(Ripani, Ahmad. 2015)
Menurut teknologi laboratorium menyatakan bahwa
Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler,
kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark
jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48
jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari
jika tidak terjadi infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan
kadar enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat
dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan
akan tetap demikian dalam waktu yang lama.
AST terdapat dalam aktivitas tinggi di dalam otot
jantung, otot rangka, hepar dan ginjal. Meskipum kehilangan AST tidak spesifik
kerusakan hati, AST juga digunakan untuk membantu mendiagnosa pertama dan
monitor yang baik terhadap kerusakan hati (dikombinasi dengan pemeriksaan enzim
yang lain seperti ALT, ALP, dan juga Bilirubin. Nilai normal AST mempunyai
range dari 10-34 IU/L. pada kerusakan hati oleh Alkohol, baikyang akut maupun
yang kronik, peningkatan AST biasanya lebih tinggi dari peningkatan
ALT.(Ripani, Ahmad. 2015)
Pada kerusakan hati akut, jumlah enzim transaminase
aspartat (AST) meningkat dalam darah.
Tujuan pemeriksaan SGOT yaitu untuk menggambarkan fungsi
hati atau kondisi hati dan pendeteksian infeksi bahkan kerusakan/cedera pada
jaringan otot, jantung bahkan hati.
Meningkatnya kadar AST dapat disebabkan oleh banyak hal
antara lain: Obat penekan kolestrol, alcohol, kegagalan jantung, Hepatitis (A,
B, C), kegemukan, obat-obat anti sakit, termasuk acetaminophen, kerusakan usus
kecil akibat gluten, infeksi, kelebihan zat besi, kanker hati, keracunan obat,
kelebihan tembaga dalam tubuh.
Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di tubuh, berwarna merah
kecoklatan, berat sekitar 1300 sampai 1550 gram dan memiliki banyak pembuluh
arah. Hati merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh. Hati terdiri dari
beberapa bagian. Ada lobus kanan lobus kiri. Terdiri dari banyak vena sentralus
dan lukuna atau ruang yang memisahkan
satu lonbulus dengan lobulus lainnya. Hati memiliki peran yang sangat penting.
Jadi harus dijaga dengan sebaik mungkin.(Arif, achmad yusron. 2017)
Tes fungsi Hati
Menurut
kamus kesehatan menyatakan bahwa Tes fungsi hati (panel hati) adalah
seperangkat tes darah yang mengukur kadar enzim hati, protein, dan zat lainnya.
Tes fungsi hati digunakan untuk membantu mendiagnosis penyakit hati, menilai
tingkat kerusakan hati dan menentukan seberapa baik pengobatan bekerja
Pada hasil test fungsi hati dapat dilihat kadar AST yang
menunjukkan kondisi fungsi hati pada saat dilakukan pengetesan. Kadar AST
normal adalah untuk AST 8-33 IU/L.
Fungsi Hati Di Dalam Tubuh
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, fungsi hati
sangatlah banyak sekali. Fungsi utama hati adalah untuk menawarkan racun.
Setiap harinya tubuh kita selalu memasukkan racun. Entah dari makanan, minuman,
obat atau polusi. Proses metabolisme tubuh, akan menghasilkan asam laktat yang
berbahaya. Dengan adanya hati semua racun tersebut akan dibuat menjadi glikogen
dan yang berbahaya dihilangkan. Glikogen ini kan berfungsi sebagai sumber
energi dan disimpan di dalam otot. Tanpa adanya hati, semua racun akan masuk ke
dalam tubuh dan tidak di saring sama sekali. Ini akan membahayakan diri anda.
(Arif, achmad yusron. 2017)
Bagaimana pemeriksaan AST dalam laboratorium ?
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara
fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer atau
spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer. Prinsip analisa SGOT/AST dengan metode
spektrofotometri adalah Glutamat oxaloasetat transaminase (GOT) atau aspartat
transaminase mengkatalis transfer gugus
amino dari L-aspartat ke 2-oxoglutarat untuk membentuk oxaloasetat dan
L-glutamat. Kemudian Laktat dehidrogenase (LDH) mengkonversi oxaloasetat
menjadi L-malat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+.
Alat dan Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan SGOT/AST:
Alat : Mikropipet 100 µl, Mikropipet 500 µl, Yellow tip,
Blue tip, Tabung reaksi, Kuvet, Spektrofotometri
Bahan :
· Reagen
diasys ASAT (GOT) Es monoreagen (dibuat dengan mencampurkan 4 bagian R1 dengan
1 bagian R2, kemudian ditunggu 30 menit)
· Sampel
serum
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium
:
· Injeksi
per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
·
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat
menurunkan kadar SGOT/AST
· Hemolisis
sampel darah
·
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin,
karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin,
nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin,
vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi
(metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam
(Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral,
teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang
keliru. (Riswanto.2009)
PEMERIKSAAN FUNGSI HATI
Pemeriksaan terhadap fungsi hati
secara umum meliputi Alanine aminotransferase (ALT), Aspartarte
aminotransferase (AST), Alkaline phosphatase (ALP), Gamma glutamyl transferase
(GGT atau Gamma GT), Bilirubin, Albumin, pemeriksaan massa prothrombin (PT) dan
International Normalised Ratio (INR). Masing-masing pemeriksaan tersebut
menjadi petunjuk untuk mengetahui apakah ada masalah pada fungsi hati atau
tidak. Hasil yang ingin diketahui dari pemeriksaan yang telah disebutkan
sebelumnya adalah:
1. Alanine Tranaminase (ALT)
Ini merupakan enzim yang ditemukan
terutama di dalam sel hati. ALT dapat membantu metabolisme protein dalam tubuh.
Dalam kondisi normal, kadar ALT di dalam darah adalah rendah. Sebaliknya,
tingginya kadar ALT mengindikasikan adanya kerusakan hati.
2. Aspartate Transaminase (AST)
Enzim AST berperan dalam metabolisme
alanine. AST ditemukan dalam kadar yang tinggi di sel-sel hati, jantung, dan
otot-otot lainnya. Namun jika AST tersebut ditemukan dengan kadar yang tinggi
di dalam darah, ini mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati.
3. Alkaline Phosphatase (ALP)
Enzim ALP ditemukan dalam
konsentrasi yang tinggi di hati, saluran emmpedu, dan beberapa jaringan
lainnya. Peningkatan kadar ALP mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit
hati, terutama bila terjadi sumbatan di saluran empedu.
4. Albumin dan Total Protein
Kadar Albumin (protein yang dibuat
di hati) dan protein total menunjukkan baiknya kemampuan hati memproduksi
protein untuk kebutuhan tubuh memerangi infeksi dan menjaga fungsi lainnya.
Berkurangnya kadar dari nilai normal mengindikasikan adanya kerusakan atau
penyakit hati.
5. Bilirubin
Bilirubin dihasilkan oleh pemecahan
hemoglobin di dalam hati. Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang
melalui feses. Peningkatan kadar bilirubin menunjukkan adanya penyakit hati
atau saluran empedu.
6. Gamma glutamyl transferase (GGT atau
Gamma GT)
Pemeriksaan Gamma glutamyl
transferase (GGT atau Gamma GT), bertujuan sebagai indikator untuk para
pengguna alkohol. Pemeriksaan GGT ini biasa dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan ALP untuk meyakinkan bahwa kenaikan angka pada ALP disebabkan
karena adanya masalah pada hati, bukan karena faktor lain.
7. Albumin
Pemeriksaan Albumin, bertujuan untuk
mengetahui penurunan kadar albumin yang biasa terjadi pada penyakit hati
kronik. Tetapi, penurunan albumin juga bisa disebabkan karena kekurangan
protein.
8. Massa Prothrombin (PT) dan International
Normalised Ratio (INR)
Pemeriksaan Massa Prothrombin (PT)
dan International Normalised Ratio (INR), bertujuan sebagai indikasi apakah
penyakit hati semakin buruk atau tidak. Peningkatan angka menunjukkan penyakit
kronik menjadi semakin buruk.
Jika ada kecurigaan penderita
mengalami kanker hati, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Misalnya,
pemeriksaan kadar protein dalam darah yang disebut Alpha fetoprotein (AFP).
Kenaikan nilai AFP menunjukkan tingkat parahnya kanker hati yang diderita,
sedangkan penurunan nilai AFP menujukkan menjinaknya kanker karena pengobatan
yang berhasil. Pemeriksaan ini sangat penting pada penderita kanker untuk
memantau efektivitas pengobatan yang sedang dilakukan. Pada penderita kanker
bilier, pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah CA 19-9 dan CEA
Pemeriksaan hati yang rutin sangat baik
untuk memastikan agar organ ini dapat terus bekerja secara maksimal. Hindari
sakit hati dengan melakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum terlambat.
Mengapa pengambilan
spesimen serum yang baik penting...?
Karena pengambilan serum
yang baik penting untuk pemeriksaan dan
alat laboratorium.
Pengambilan darah yang baik penting untuk
mendapatkan serum yang baik. Untuk pemeriksaan Laboratorium klinik serum yang
baik itu penting untuk mencegah rusaknya Alat Laboratorium yang saat kita
gunakan. Perlu kita ketahui alat alat dilaboratorium itu mahal mahal harganya.
Untuk itu guna pengambilan spesimen yang baik dan benar itu penting.
Bagaimana cara mengambil darah yang baik
tersebut;
Darah
vena diperoleh dengan jalan fungsi vena. Jarum yang digunakan untuk menembus
vena itu hendaknya cukup besar, sedangkan ujungnya harus runcing, tajam dan
lurus. Danjurkan untuk memakai jarum dan semprint yang dispossible; semprit semacam itu biasanya dibuat dari semacam
plastik. Baik semprint maupun jarum hendaknya dibuang setelah dipakai,
janganlah disterilkan lagi guna pemakainan berulang. (Ripani, Ahmad. 2015)
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah
adalah :
Ø Lengan
pada sisi mastectomy
Ø Daerah
edema
Ø Hematoma
Ø Daerah
dimana darah sedang ditransfusikan
Ø Daerah
bekas luka
Ø Daerah
dengan cannula, fistula atau
cangkokan vascular
Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan
darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat
tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena,
yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat
suntik (syring), sedangkan cara vakum
dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
(Muluc, Mulki. 2017)
Menurut Wulandari, suci.
2015
CARA
KERJA PENGAMBILAN DARAH VENA DENGAN SPUIT/SYRING:
1. Persiapkan
alat2 yg digunakan:spuit,kapas alcohol 70%,tourniquet,plester,dan tabung
2. Lakukan
pendekatan dengan pasien dengan tenang dan ramah
3. Identifikasi
pasien dengan benar sesuai dengan data dilembar permintaan
4. Verfikasi
keadaan pasien,misalnya puasa atau konsumsi obat,catat bila pasien sedang puasa
atau konsumsi obat
5. Minta
pasien meluruskan lengannya,pilih lengan yg banyak melakukan aktifitas
6. Minta
pasien mengepalkan tangannya
7. Pasang
tourniquet kira2 10 cm diatas lipas siku(3 jari)
8. Pilih
bagian median cubital atau basilica atau cephalica.Lakukan perabaan untuk
memastikan posisi vena,vena teraba spt pipa kecil,elastis,dan memiliki dinding
tebal.Jika vena tida teraba,lalukan pengurutan dari arah pergelangan
kesiku,atau kompres dgn air hangat slm 5 menit didaerah lengan
9. Bersihkan
kulit pd bagian yang akan diambil darah dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering.
10. Tusuk
bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas(40o ).jika jarum telah
masuk kedalam vena,akan terlihat darah masuk kedalam spuit(dinamakan
flash).Usahakan sekali tusuk kena
11. Letakkan
kapas kering ditempat suntikkan lalu lepaskan tourniquet lalu segera
lepaskan/tarik jarum.Tekan kapas beberapa saat lalu kenakan plester kira2 15 menit.
12. JANGAN
MENARIK JARUM SEBELUM TURNIQUET DIBUKA.
Menurut Ripani, Ahmad.
2015
PEMBUATAN
SERUM DARI DARAH VENA
1. Darah
vena yang didapatkan dari sampling tadi dimasukkan dalam tabung sentrifuge dan
didiamkan 15 – 30 menit agar darah membeku.
2. Setelah
membeku darah dimasukan dalam sentrifuge.
3. Disentrifuge
selama 10 menit pada 1500 rpm atau 5 menit pada 2000 rpm.
4. Tabung
senrifuge dikeluarkan.
5. Serum
yang terjadi segera dipisahkan dari bekuan darah dengan pipet atau mikropipet
dan dmasukkan dalam tabung yang bersih dan kering.
6. Apabila
tidak segera diperiksa, maka serum disimpan dalam kulkas suhu 2 – 8oC
atau suhu beku pada freezer
B.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan I :
Menurut (Suartini, 2013),
Faktor pra analitik, analitik maupun
post analitik perlu diperhatikan dalam pemeriksaan aktivitas enzim ini. Faktor
ini perlu diperhatikan karena aktivitas enzim banyak dipengaruhi oleh suhu,
substrat, waktu, dan konsentrasi dari zat yang diubah. Dalam kasus ini,
faktor-faktor di atas diduga telah dikendalikan dengan baik. Hemolisis dapat
dihindari mulai dari pengambilan sampel hingga pemisahan serum dari sel-sel
darah setelah dicentrifuge. Reagen yang digunakan telah dikalibrasi dengan alat
TMS Analyzer yang berada di Rumah Sakit Orthopedi. Quality Control dilakukan setiap hari sebelum
pemeriksaan dilakukan.
3.2 Kesimpulan II :
Faktor
pra-analitik untuk pemeriksaan enzim SGOT di laboratorium yang perlu
diperhatikan antara lain pengambilan spesimen darah dan persiapan reagen serta
alat yang digunakan. Pengambilan spesimen harus memperhatikan kemungkinan
terjadinya hemolisis. Darah diambil dan ditampung pada tabung tanpa
antikoagulan (plain) kemudian dilakukan pemusingan untuk mendapatkan serum.
Hemolisis perlu dihindari karena dapat mempengaruhi temuan laboratorium. SGOT
terdapat pada sel-sel darah merah, sehingga apabila terjadi hemolisis akan
terjadi peningkatan kadar SGOT yang keluar dari sel darah merah (Kee, 2007).
3.3 Saran :
Untuk pemeriksaan SGOT hal hal yang perlu diperhatikan
- Pengambilan darah
pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
- Trauma pada proses
pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar
- Hemolisis sampel
- Obat-obatan dapat
meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin,
gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika
(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa,
guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat,
rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral
(progestin-estrogen), lead dan heparin.
- Aspirin dapat
meningkatkan atau menurunkan kadar.
3.4 Masalah
Klinis
- Enzim SGOT dan
SGPT dapat meningkat karena adanya gangguan fungsi hati, dan penanda
kerusakan sel lainnya, yang salah satu penyebabnya adalah proses infeksi
yang disebabkan oleh virus.
- Peningkatan
SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia)
- Peningkatan
3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan
empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
- Peningkatan
1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis
biliaris.
·
Hemolisis
sampel darah
·
Obat-obatan
dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin,
kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,
polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika
(kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin),
metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin
(Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat
dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.
Daftar Pustaka
Ripani, Ahmad. 2015.Kimia Klinik Kimia Darah Edisi II jilid 2. Banjarmasin
: SMK Unggulan Husada.
Riswanto, 2009, SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase).
Kee J.L., 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Ed. 6.
Jakarta: EGC. hlm 15, 16.
Wulandari, Suci. 2015. Pengambilan sampel darah vena.
A.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di
rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena
merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Tempat sintesa dari berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol,
ureum dan zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat
pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan
penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti estrogen.
Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat
penting dalam eliminasi organisme asing baik bakteri maupun virus. Karena itu
untuk memperlihatkan adanya gangguan faal hati, terdapat satu deretan tes yang
biasanya dibuat untuk menilai faal hati tersebut. Perlu diingat bahwa semua tes
kesehatan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berlainan, maka
interpretasi dari hasil tes sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka
tes faal hati pun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak dinilai. Dan ketika
sel-sel atau jaringan hati mengalami kerusakan dapat dilakukan pemeriksaan
SGOT(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT(Serum Glutamic Piruvic
Transaminase). Kedua enzim ini terdapat dalam sel-sel hati, otot jantung,
ginjal, otot rangka dan otak.
Hati / hepar / liver merupakan
organ metabolik terbesar dalam tubuh manusia. Oleh karena itu hati mempunyai
berbagai macam fungsi, yaitu :
1.
Vaskuler - menimbun dan filtrasi darah
2. Ekskresi - membentuk empedu dan
mengeluarkan ke Usus, juga bilirubin, cholesterol, garam empedu → empedu
3.
Metabolik - Karbohidrat, protein, lemak, vitamin
4. Pertahanan tubuh - Detoksifikasi
bahan – bahan beracun, dengan : konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi,
oksidasi, hidroksilasi- fagositosis - dan pembentukan antibodi
Dalam fungsi ekskresi maka hati
akan mengeluarkan bahan bahan metabolit seperti empedu, bilirubin, kolesterol
dan sebagainya melalui saluran pencernaan, untuk dibuang atau menjadi metabolit
lain. Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka ada banyak
pula, lebih dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal hati.' Semuanya,
disebut sebagai "tes faal hati ". Sebenarnya hanya beberapa yang-
benar-benar mengukur faal hati. 1-3 Diantara berbagai tes tersebut tidak ada tes
tunggal yang efektif mengukur faal hati secara keseluruhan. Beberapa tes
terlalu peka sehingga tidak khas, sebagian lagi dipengaruhi pula oleh faktor
-faktor di luar hati, sebagian lagi sudah obsolete.
Sebaliknya makin banyak tes yang
diminta maka makin besar pula kemungkinannya mendapatkan defisiensi biokimia.
Cara pemeriksaan shotgun semacam itu akan menimbulkan kebingungan. Sebaiknya
memilih beberapa tes saja.
Beberapa kriteria yang dapat
dipakai adalah, antara lain, dapatnya dikerjakan tes tersebut secara baik
dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya, stress yang dibebankan
kepada penderita, kemampuan diagnostik dari tes tersebut, dan lain-lain. Pada
pengujian kerusakan hati, gangguan biokimia yang terlihat adalah peningkatan permeabilitas
dinding sel, berkurangnya kapasitas sintesa, terganggunya faal ekskresi,
berkurangnya kapasitas penyimpanan, terganggunya faal detoksifikasi peningkatan
reaksi mesenkimal dan imunologi yang abnormal.
FUNGSI HATI :
1. Vaskuler :
menimbun dan filtrasi darah
2.
Ekskresi : membentuk empedu dan mengekskresikan ke usus
3.
Metabolic : karbohidrat, protein, lemak, vitamin
4. pertahanan tubuh : detoksifikasi
bahan – bahan beracun, dengan : konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi,
oksidasi, hidroksilasi sel – sel kupfer, fagositosis, pembentukan antibody
FUNGSI EKSKRESI :
Diperiksa menggunakan berbagai parameter
laboratorium yaitu :
· Bilirubin serum
· Bilirubin urin (kualitatif)
· Urobilinogen urin (kualitatif)
· Stercobilin tinja (kualitatif)
· Asam empedu
· Menyuntikkan bahan – bahan : BSP, ICG,
Rose Bengal Radioaktif
METABOLISME BILIRUBIN
85% bilirubin berasal dari pemecahan
s.d.m tua (umur s.d.m ± 120 hari), terutama di limpa 15% berasal dari destruksi
s.d.m matang dlm sumsum tulang (hematopoisis tidak efektif) Metabolisme
bilirubin. oleh sel hati berlangsung 3 tahap :
1. pengambilan, konyugasi & ekskresi
2. Pengambilan perlu protein sitoplasma
3. Konyugasi molekul bilirubin dengan asam
glukoronat dalam retikulum endoplasma sel hati dengan bantuan enzim glukuronil
transferase
Konyugasi
mengubah sifat² bilirubin; bilirubin terkonyugasi larut dalam air & dapat
diekskresi dalam kemih ( >< bilirubin tak terkonyugasi) - Bilirubin terkonyugasi
kemudian diekskresi melalui saluran empedu ke usus halus, bakteri usus halus
mereduksi bilirubin terkonyugasi menjadi sterkobilinogen atau urobilinogen (shg
feses berwarna coklat) - ± 10 – 20 % urobilinogen mengalami siklus
enterohepatik & sejumlah kecil diekskresi dlm saluran kemih.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana nilai AST menggunakan spesimen
serum ?
2. Bagaimana nilai AST menggunakan spesimen
plasma EDTA ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai AST menggunakan
spesimen serum
2. Untuk mengetahui nilai AST menggunakan plasma
EDTA
A.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Transaminase aspartat (bahasa Inggris: aspartate
transaminase, aspartate aminotransferase, serum glutamate-oxaloacetate
transferase, ASAT, AAT, AspAT, AST, SGOT, EC 2.6.1.1) adalah enzim golongan
transaminase yang sering dikaitkan dengan kinerja organ hati, seperti enzim
ALT. Namun, SGOT tidak hanya ada pada organ hati, tetapi juga ditemukan di
jantung, otot rangka, dan ginjal. (Wikipedia)
Aspartat amino transferase atau yang disebut / disingkat menjadi AST
adalah enzim yang diproduksi hati. Peningkatan kadar AST dapat mengakibatkan
Penyakit hati seperti penyakit kuning, pembengkakan dihati. Perlu kita ketahui
AST tidak hanya terdapat dihati tetapi
juga terdapat di jantung, otot, rangka dan ginjal.
Aspartate amino tranferase (AST) yang dulu bernama
glutamate oksaloasetat transaminase (GOT) mengerjkan reaksi antara asam
aspartate dan asam alfa-ketoglutamat.(Ripani, Ahmad. 2015)
Menurut teknologi laboratorium menyatakan bahwa
Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler,
kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark
jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48
jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari
jika tidak terjadi infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan
kadar enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat
dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan
akan tetap demikian dalam waktu yang lama.
AST terdapat dalam aktivitas tinggi di dalam otot
jantung, otot rangka, hepar dan ginjal. Meskipum kehilangan AST tidak spesifik
kerusakan hati, AST juga digunakan untuk membantu mendiagnosa pertama dan
monitor yang baik terhadap kerusakan hati (dikombinasi dengan pemeriksaan enzim
yang lain seperti ALT, ALP, dan juga Bilirubin. Nilai normal AST mempunyai
range dari 10-34 IU/L. pada kerusakan hati oleh Alkohol, baikyang akut maupun
yang kronik, peningkatan AST biasanya lebih tinggi dari peningkatan
ALT.(Ripani, Ahmad. 2015)
Pada kerusakan hati akut, jumlah enzim transaminase
aspartat (AST) meningkat dalam darah.
Tujuan pemeriksaan SGOT yaitu untuk menggambarkan fungsi
hati atau kondisi hati dan pendeteksian infeksi bahkan kerusakan/cedera pada
jaringan otot, jantung bahkan hati.
Meningkatnya kadar AST dapat disebabkan oleh banyak hal
antara lain: Obat penekan kolestrol, alcohol, kegagalan jantung, Hepatitis (A,
B, C), kegemukan, obat-obat anti sakit, termasuk acetaminophen, kerusakan usus
kecil akibat gluten, infeksi, kelebihan zat besi, kanker hati, keracunan obat,
kelebihan tembaga dalam tubuh.
Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di tubuh, berwarna merah
kecoklatan, berat sekitar 1300 sampai 1550 gram dan memiliki banyak pembuluh
arah. Hati merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh. Hati terdiri dari
beberapa bagian. Ada lobus kanan lobus kiri. Terdiri dari banyak vena sentralus
dan lukuna atau ruang yang memisahkan
satu lonbulus dengan lobulus lainnya. Hati memiliki peran yang sangat penting.
Jadi harus dijaga dengan sebaik mungkin.(Arif, achmad yusron. 2017)
Tes fungsi Hati
Menurut
kamus kesehatan menyatakan bahwa Tes fungsi hati (panel hati) adalah
seperangkat tes darah yang mengukur kadar enzim hati, protein, dan zat lainnya.
Tes fungsi hati digunakan untuk membantu mendiagnosis penyakit hati, menilai
tingkat kerusakan hati dan menentukan seberapa baik pengobatan bekerja
Pada hasil test fungsi hati dapat dilihat kadar AST yang
menunjukkan kondisi fungsi hati pada saat dilakukan pengetesan. Kadar AST
normal adalah untuk AST 8-33 IU/L.
Fungsi Hati Di Dalam Tubuh
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, fungsi hati
sangatlah banyak sekali. Fungsi utama hati adalah untuk menawarkan racun.
Setiap harinya tubuh kita selalu memasukkan racun. Entah dari makanan, minuman,
obat atau polusi. Proses metabolisme tubuh, akan menghasilkan asam laktat yang
berbahaya. Dengan adanya hati semua racun tersebut akan dibuat menjadi glikogen
dan yang berbahaya dihilangkan. Glikogen ini kan berfungsi sebagai sumber
energi dan disimpan di dalam otot. Tanpa adanya hati, semua racun akan masuk ke
dalam tubuh dan tidak di saring sama sekali. Ini akan membahayakan diri anda.
(Arif, achmad yusron. 2017)
Bagaimana pemeriksaan AST dalam laboratorium ?
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara
fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer atau
spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer. Prinsip analisa SGOT/AST dengan metode
spektrofotometri adalah Glutamat oxaloasetat transaminase (GOT) atau aspartat
transaminase mengkatalis transfer gugus
amino dari L-aspartat ke 2-oxoglutarat untuk membentuk oxaloasetat dan
L-glutamat. Kemudian Laktat dehidrogenase (LDH) mengkonversi oxaloasetat
menjadi L-malat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+.
Alat dan Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan SGOT/AST:
Alat : Mikropipet 100 µl, Mikropipet 500 µl, Yellow tip,
Blue tip, Tabung reaksi, Kuvet, Spektrofotometri
Bahan :
· Reagen
diasys ASAT (GOT) Es monoreagen (dibuat dengan mencampurkan 4 bagian R1 dengan
1 bagian R2, kemudian ditunggu 30 menit)
· Sampel
serum
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium
:
· Injeksi
per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
·
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat
menurunkan kadar SGOT/AST
· Hemolisis
sampel darah
·
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin,
karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin,
nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin,
vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi
(metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam
(Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral,
teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang
keliru. (Riswanto.2009)
PEMERIKSAAN FUNGSI HATI
Pemeriksaan terhadap fungsi hati
secara umum meliputi Alanine aminotransferase (ALT), Aspartarte
aminotransferase (AST), Alkaline phosphatase (ALP), Gamma glutamyl transferase
(GGT atau Gamma GT), Bilirubin, Albumin, pemeriksaan massa prothrombin (PT) dan
International Normalised Ratio (INR). Masing-masing pemeriksaan tersebut
menjadi petunjuk untuk mengetahui apakah ada masalah pada fungsi hati atau
tidak. Hasil yang ingin diketahui dari pemeriksaan yang telah disebutkan
sebelumnya adalah:
1. Alanine Tranaminase (ALT)
Ini merupakan enzim yang ditemukan
terutama di dalam sel hati. ALT dapat membantu metabolisme protein dalam tubuh.
Dalam kondisi normal, kadar ALT di dalam darah adalah rendah. Sebaliknya,
tingginya kadar ALT mengindikasikan adanya kerusakan hati.
2. Aspartate Transaminase (AST)
Enzim AST berperan dalam metabolisme
alanine. AST ditemukan dalam kadar yang tinggi di sel-sel hati, jantung, dan
otot-otot lainnya. Namun jika AST tersebut ditemukan dengan kadar yang tinggi
di dalam darah, ini mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati.
3. Alkaline Phosphatase (ALP)
Enzim ALP ditemukan dalam
konsentrasi yang tinggi di hati, saluran emmpedu, dan beberapa jaringan
lainnya. Peningkatan kadar ALP mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit
hati, terutama bila terjadi sumbatan di saluran empedu.
4. Albumin dan Total Protein
Kadar Albumin (protein yang dibuat
di hati) dan protein total menunjukkan baiknya kemampuan hati memproduksi
protein untuk kebutuhan tubuh memerangi infeksi dan menjaga fungsi lainnya.
Berkurangnya kadar dari nilai normal mengindikasikan adanya kerusakan atau
penyakit hati.
5. Bilirubin
Bilirubin dihasilkan oleh pemecahan
hemoglobin di dalam hati. Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang
melalui feses. Peningkatan kadar bilirubin menunjukkan adanya penyakit hati
atau saluran empedu.
6. Gamma glutamyl transferase (GGT atau
Gamma GT)
Pemeriksaan Gamma glutamyl
transferase (GGT atau Gamma GT), bertujuan sebagai indikator untuk para
pengguna alkohol. Pemeriksaan GGT ini biasa dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan ALP untuk meyakinkan bahwa kenaikan angka pada ALP disebabkan
karena adanya masalah pada hati, bukan karena faktor lain.
7. Albumin
Pemeriksaan Albumin, bertujuan untuk
mengetahui penurunan kadar albumin yang biasa terjadi pada penyakit hati
kronik. Tetapi, penurunan albumin juga bisa disebabkan karena kekurangan
protein.
8. Massa Prothrombin (PT) dan International
Normalised Ratio (INR)
Pemeriksaan Massa Prothrombin (PT)
dan International Normalised Ratio (INR), bertujuan sebagai indikasi apakah
penyakit hati semakin buruk atau tidak. Peningkatan angka menunjukkan penyakit
kronik menjadi semakin buruk.
Jika ada kecurigaan penderita
mengalami kanker hati, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Misalnya,
pemeriksaan kadar protein dalam darah yang disebut Alpha fetoprotein (AFP).
Kenaikan nilai AFP menunjukkan tingkat parahnya kanker hati yang diderita,
sedangkan penurunan nilai AFP menujukkan menjinaknya kanker karena pengobatan
yang berhasil. Pemeriksaan ini sangat penting pada penderita kanker untuk
memantau efektivitas pengobatan yang sedang dilakukan. Pada penderita kanker
bilier, pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah CA 19-9 dan CEA
Pemeriksaan hati yang rutin sangat baik
untuk memastikan agar organ ini dapat terus bekerja secara maksimal. Hindari
sakit hati dengan melakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum terlambat.
Mengapa pengambilan
spesimen serum yang baik penting...?
Karena pengambilan serum
yang baik penting untuk pemeriksaan dan
alat laboratorium.
Pengambilan darah yang baik penting untuk
mendapatkan serum yang baik. Untuk pemeriksaan Laboratorium klinik serum yang
baik itu penting untuk mencegah rusaknya Alat Laboratorium yang saat kita
gunakan. Perlu kita ketahui alat alat dilaboratorium itu mahal mahal harganya.
Untuk itu guna pengambilan spesimen yang baik dan benar itu penting.
Bagaimana cara mengambil darah yang baik
tersebut;
Darah
vena diperoleh dengan jalan fungsi vena. Jarum yang digunakan untuk menembus
vena itu hendaknya cukup besar, sedangkan ujungnya harus runcing, tajam dan
lurus. Danjurkan untuk memakai jarum dan semprint yang dispossible; semprit semacam itu biasanya dibuat dari semacam
plastik. Baik semprint maupun jarum hendaknya dibuang setelah dipakai,
janganlah disterilkan lagi guna pemakainan berulang. (Ripani, Ahmad. 2015)
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah
adalah :
Ø Lengan
pada sisi mastectomy
Ø Daerah
edema
Ø Hematoma
Ø Daerah
dimana darah sedang ditransfusikan
Ø Daerah
bekas luka
Ø Daerah
dengan cannula, fistula atau
cangkokan vascular
Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan
darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat
tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena,
yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat
suntik (syring), sedangkan cara vakum
dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
(Muluc, Mulki. 2017)
Menurut Wulandari, suci.
2015
CARA
KERJA PENGAMBILAN DARAH VENA DENGAN SPUIT/SYRING:
1. Persiapkan
alat2 yg digunakan:spuit,kapas alcohol 70%,tourniquet,plester,dan tabung
2. Lakukan
pendekatan dengan pasien dengan tenang dan ramah
3. Identifikasi
pasien dengan benar sesuai dengan data dilembar permintaan
4. Verfikasi
keadaan pasien,misalnya puasa atau konsumsi obat,catat bila pasien sedang puasa
atau konsumsi obat
5. Minta
pasien meluruskan lengannya,pilih lengan yg banyak melakukan aktifitas
6. Minta
pasien mengepalkan tangannya
7. Pasang
tourniquet kira2 10 cm diatas lipas siku(3 jari)
8. Pilih
bagian median cubital atau basilica atau cephalica.Lakukan perabaan untuk
memastikan posisi vena,vena teraba spt pipa kecil,elastis,dan memiliki dinding
tebal.Jika vena tida teraba,lalukan pengurutan dari arah pergelangan
kesiku,atau kompres dgn air hangat slm 5 menit didaerah lengan
9. Bersihkan
kulit pd bagian yang akan diambil darah dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering.
10. Tusuk
bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas(40o ).jika jarum telah
masuk kedalam vena,akan terlihat darah masuk kedalam spuit(dinamakan
flash).Usahakan sekali tusuk kena
11. Letakkan
kapas kering ditempat suntikkan lalu lepaskan tourniquet lalu segera
lepaskan/tarik jarum.Tekan kapas beberapa saat lalu kenakan plester kira2 15 menit.
12. JANGAN
MENARIK JARUM SEBELUM TURNIQUET DIBUKA.
Menurut Ripani, Ahmad.
2015
PEMBUATAN
SERUM DARI DARAH VENA
1. Darah
vena yang didapatkan dari sampling tadi dimasukkan dalam tabung sentrifuge dan
didiamkan 15 – 30 menit agar darah membeku.
2. Setelah
membeku darah dimasukan dalam sentrifuge.
3. Disentrifuge
selama 10 menit pada 1500 rpm atau 5 menit pada 2000 rpm.
4. Tabung
senrifuge dikeluarkan.
5. Serum
yang terjadi segera dipisahkan dari bekuan darah dengan pipet atau mikropipet
dan dmasukkan dalam tabung yang bersih dan kering.
6. Apabila
tidak segera diperiksa, maka serum disimpan dalam kulkas suhu 2 – 8oC
atau suhu beku pada freezer
B.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan I :
Menurut (Suartini, 2013),
Faktor pra analitik, analitik maupun
post analitik perlu diperhatikan dalam pemeriksaan aktivitas enzim ini. Faktor
ini perlu diperhatikan karena aktivitas enzim banyak dipengaruhi oleh suhu,
substrat, waktu, dan konsentrasi dari zat yang diubah. Dalam kasus ini,
faktor-faktor di atas diduga telah dikendalikan dengan baik. Hemolisis dapat
dihindari mulai dari pengambilan sampel hingga pemisahan serum dari sel-sel
darah setelah dicentrifuge. Reagen yang digunakan telah dikalibrasi dengan alat
TMS Analyzer yang berada di Rumah Sakit Orthopedi. Quality Control dilakukan setiap hari sebelum
pemeriksaan dilakukan.
3.2 Kesimpulan II :
Faktor
pra-analitik untuk pemeriksaan enzim SGOT di laboratorium yang perlu
diperhatikan antara lain pengambilan spesimen darah dan persiapan reagen serta
alat yang digunakan. Pengambilan spesimen harus memperhatikan kemungkinan
terjadinya hemolisis. Darah diambil dan ditampung pada tabung tanpa
antikoagulan (plain) kemudian dilakukan pemusingan untuk mendapatkan serum.
Hemolisis perlu dihindari karena dapat mempengaruhi temuan laboratorium. SGOT
terdapat pada sel-sel darah merah, sehingga apabila terjadi hemolisis akan
terjadi peningkatan kadar SGOT yang keluar dari sel darah merah (Kee, 2007).
3.3 Saran :
Untuk pemeriksaan SGOT hal hal yang perlu diperhatikan
- Pengambilan darah
pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
- Trauma pada proses
pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar
- Hemolisis sampel
- Obat-obatan dapat
meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin,
gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika
(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa,
guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat,
rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral
(progestin-estrogen), lead dan heparin.
- Aspirin dapat
meningkatkan atau menurunkan kadar.
3.4 Masalah
Klinis
- Enzim SGOT dan
SGPT dapat meningkat karena adanya gangguan fungsi hati, dan penanda
kerusakan sel lainnya, yang salah satu penyebabnya adalah proses infeksi
yang disebabkan oleh virus.
- Peningkatan
SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia)
- Peningkatan
3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan
empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
- Peningkatan
1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis
biliaris.
·
Hemolisis
sampel darah
·
Obat-obatan
dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin,
kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,
polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika
(kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin),
metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin
(Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat
dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.
Daftar Pustaka
Ripani, Ahmad. 2015.Kimia Klinik Kimia Darah Edisi II jilid 2. Banjarmasin
: SMK Unggulan Husada.
Riswanto, 2009, SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase).
Kee J.L., 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Ed. 6.
Jakarta: EGC. hlm 15, 16.
Wulandari, Suci. 2015. Pengambilan sampel darah vena.
A.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di
rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena
merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Tempat sintesa dari berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol,
ureum dan zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat
pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan
penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti estrogen.
Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat
penting dalam eliminasi organisme asing baik bakteri maupun virus. Karena itu
untuk memperlihatkan adanya gangguan faal hati, terdapat satu deretan tes yang
biasanya dibuat untuk menilai faal hati tersebut. Perlu diingat bahwa semua tes
kesehatan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berlainan, maka
interpretasi dari hasil tes sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka
tes faal hati pun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak dinilai. Dan ketika
sel-sel atau jaringan hati mengalami kerusakan dapat dilakukan pemeriksaan
SGOT(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT(Serum Glutamic Piruvic
Transaminase). Kedua enzim ini terdapat dalam sel-sel hati, otot jantung,
ginjal, otot rangka dan otak.
Hati / hepar / liver merupakan
organ metabolik terbesar dalam tubuh manusia. Oleh karena itu hati mempunyai
berbagai macam fungsi, yaitu :
1.
Vaskuler - menimbun dan filtrasi darah
2. Ekskresi - membentuk empedu dan
mengeluarkan ke Usus, juga bilirubin, cholesterol, garam empedu → empedu
3.
Metabolik - Karbohidrat, protein, lemak, vitamin
4. Pertahanan tubuh - Detoksifikasi
bahan – bahan beracun, dengan : konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi,
oksidasi, hidroksilasi- fagositosis - dan pembentukan antibodi
Dalam fungsi ekskresi maka hati
akan mengeluarkan bahan bahan metabolit seperti empedu, bilirubin, kolesterol
dan sebagainya melalui saluran pencernaan, untuk dibuang atau menjadi metabolit
lain. Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka ada banyak
pula, lebih dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal hati.' Semuanya,
disebut sebagai "tes faal hati ". Sebenarnya hanya beberapa yang-
benar-benar mengukur faal hati. 1-3 Diantara berbagai tes tersebut tidak ada tes
tunggal yang efektif mengukur faal hati secara keseluruhan. Beberapa tes
terlalu peka sehingga tidak khas, sebagian lagi dipengaruhi pula oleh faktor
-faktor di luar hati, sebagian lagi sudah obsolete.
Sebaliknya makin banyak tes yang
diminta maka makin besar pula kemungkinannya mendapatkan defisiensi biokimia.
Cara pemeriksaan shotgun semacam itu akan menimbulkan kebingungan. Sebaiknya
memilih beberapa tes saja.
Beberapa kriteria yang dapat
dipakai adalah, antara lain, dapatnya dikerjakan tes tersebut secara baik
dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya, stress yang dibebankan
kepada penderita, kemampuan diagnostik dari tes tersebut, dan lain-lain. Pada
pengujian kerusakan hati, gangguan biokimia yang terlihat adalah peningkatan permeabilitas
dinding sel, berkurangnya kapasitas sintesa, terganggunya faal ekskresi,
berkurangnya kapasitas penyimpanan, terganggunya faal detoksifikasi peningkatan
reaksi mesenkimal dan imunologi yang abnormal.
FUNGSI HATI :
1. Vaskuler :
menimbun dan filtrasi darah
2.
Ekskresi : membentuk empedu dan mengekskresikan ke usus
3.
Metabolic : karbohidrat, protein, lemak, vitamin
4. pertahanan tubuh : detoksifikasi
bahan – bahan beracun, dengan : konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi,
oksidasi, hidroksilasi sel – sel kupfer, fagositosis, pembentukan antibody
FUNGSI EKSKRESI :
Diperiksa menggunakan berbagai parameter
laboratorium yaitu :
· Bilirubin serum
· Bilirubin urin (kualitatif)
· Urobilinogen urin (kualitatif)
· Stercobilin tinja (kualitatif)
· Asam empedu
· Menyuntikkan bahan – bahan : BSP, ICG,
Rose Bengal Radioaktif
METABOLISME BILIRUBIN
85% bilirubin berasal dari pemecahan
s.d.m tua (umur s.d.m ± 120 hari), terutama di limpa 15% berasal dari destruksi
s.d.m matang dlm sumsum tulang (hematopoisis tidak efektif) Metabolisme
bilirubin. oleh sel hati berlangsung 3 tahap :
1. pengambilan, konyugasi & ekskresi
2. Pengambilan perlu protein sitoplasma
3. Konyugasi molekul bilirubin dengan asam
glukoronat dalam retikulum endoplasma sel hati dengan bantuan enzim glukuronil
transferase
Konyugasi
mengubah sifat² bilirubin; bilirubin terkonyugasi larut dalam air & dapat
diekskresi dalam kemih ( >< bilirubin tak terkonyugasi) - Bilirubin terkonyugasi
kemudian diekskresi melalui saluran empedu ke usus halus, bakteri usus halus
mereduksi bilirubin terkonyugasi menjadi sterkobilinogen atau urobilinogen (shg
feses berwarna coklat) - ± 10 – 20 % urobilinogen mengalami siklus
enterohepatik & sejumlah kecil diekskresi dlm saluran kemih.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana nilai AST menggunakan spesimen
serum ?
2. Bagaimana nilai AST menggunakan spesimen
plasma EDTA ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai AST menggunakan
spesimen serum
2. Untuk mengetahui nilai AST menggunakan plasma
EDTA
A.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Transaminase aspartat (bahasa Inggris: aspartate
transaminase, aspartate aminotransferase, serum glutamate-oxaloacetate
transferase, ASAT, AAT, AspAT, AST, SGOT, EC 2.6.1.1) adalah enzim golongan
transaminase yang sering dikaitkan dengan kinerja organ hati, seperti enzim
ALT. Namun, SGOT tidak hanya ada pada organ hati, tetapi juga ditemukan di
jantung, otot rangka, dan ginjal. (Wikipedia)
Aspartat amino transferase atau yang disebut / disingkat menjadi AST
adalah enzim yang diproduksi hati. Peningkatan kadar AST dapat mengakibatkan
Penyakit hati seperti penyakit kuning, pembengkakan dihati. Perlu kita ketahui
AST tidak hanya terdapat dihati tetapi
juga terdapat di jantung, otot, rangka dan ginjal.
Aspartate amino tranferase (AST) yang dulu bernama
glutamate oksaloasetat transaminase (GOT) mengerjkan reaksi antara asam
aspartate dan asam alfa-ketoglutamat.(Ripani, Ahmad. 2015)
Menurut teknologi laboratorium menyatakan bahwa
Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler,
kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark
jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48
jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari
jika tidak terjadi infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan
kadar enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat
dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan
akan tetap demikian dalam waktu yang lama.
AST terdapat dalam aktivitas tinggi di dalam otot
jantung, otot rangka, hepar dan ginjal. Meskipum kehilangan AST tidak spesifik
kerusakan hati, AST juga digunakan untuk membantu mendiagnosa pertama dan
monitor yang baik terhadap kerusakan hati (dikombinasi dengan pemeriksaan enzim
yang lain seperti ALT, ALP, dan juga Bilirubin. Nilai normal AST mempunyai
range dari 10-34 IU/L. pada kerusakan hati oleh Alkohol, baikyang akut maupun
yang kronik, peningkatan AST biasanya lebih tinggi dari peningkatan
ALT.(Ripani, Ahmad. 2015)
Pada kerusakan hati akut, jumlah enzim transaminase
aspartat (AST) meningkat dalam darah.
Tujuan pemeriksaan SGOT yaitu untuk menggambarkan fungsi
hati atau kondisi hati dan pendeteksian infeksi bahkan kerusakan/cedera pada
jaringan otot, jantung bahkan hati.
Meningkatnya kadar AST dapat disebabkan oleh banyak hal
antara lain: Obat penekan kolestrol, alcohol, kegagalan jantung, Hepatitis (A,
B, C), kegemukan, obat-obat anti sakit, termasuk acetaminophen, kerusakan usus
kecil akibat gluten, infeksi, kelebihan zat besi, kanker hati, keracunan obat,
kelebihan tembaga dalam tubuh.
Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di tubuh, berwarna merah
kecoklatan, berat sekitar 1300 sampai 1550 gram dan memiliki banyak pembuluh
arah. Hati merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh. Hati terdiri dari
beberapa bagian. Ada lobus kanan lobus kiri. Terdiri dari banyak vena sentralus
dan lukuna atau ruang yang memisahkan
satu lonbulus dengan lobulus lainnya. Hati memiliki peran yang sangat penting.
Jadi harus dijaga dengan sebaik mungkin.(Arif, achmad yusron. 2017)
Tes fungsi Hati
Menurut
kamus kesehatan menyatakan bahwa Tes fungsi hati (panel hati) adalah
seperangkat tes darah yang mengukur kadar enzim hati, protein, dan zat lainnya.
Tes fungsi hati digunakan untuk membantu mendiagnosis penyakit hati, menilai
tingkat kerusakan hati dan menentukan seberapa baik pengobatan bekerja
Pada hasil test fungsi hati dapat dilihat kadar AST yang
menunjukkan kondisi fungsi hati pada saat dilakukan pengetesan. Kadar AST
normal adalah untuk AST 8-33 IU/L.
Fungsi Hati Di Dalam Tubuh
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, fungsi hati
sangatlah banyak sekali. Fungsi utama hati adalah untuk menawarkan racun.
Setiap harinya tubuh kita selalu memasukkan racun. Entah dari makanan, minuman,
obat atau polusi. Proses metabolisme tubuh, akan menghasilkan asam laktat yang
berbahaya. Dengan adanya hati semua racun tersebut akan dibuat menjadi glikogen
dan yang berbahaya dihilangkan. Glikogen ini kan berfungsi sebagai sumber
energi dan disimpan di dalam otot. Tanpa adanya hati, semua racun akan masuk ke
dalam tubuh dan tidak di saring sama sekali. Ini akan membahayakan diri anda.
(Arif, achmad yusron. 2017)
Bagaimana pemeriksaan AST dalam laboratorium ?
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara
fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer atau
spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer. Prinsip analisa SGOT/AST dengan metode
spektrofotometri adalah Glutamat oxaloasetat transaminase (GOT) atau aspartat
transaminase mengkatalis transfer gugus
amino dari L-aspartat ke 2-oxoglutarat untuk membentuk oxaloasetat dan
L-glutamat. Kemudian Laktat dehidrogenase (LDH) mengkonversi oxaloasetat
menjadi L-malat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+.
Alat dan Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan SGOT/AST:
Alat : Mikropipet 100 µl, Mikropipet 500 µl, Yellow tip,
Blue tip, Tabung reaksi, Kuvet, Spektrofotometri
Bahan :
· Reagen
diasys ASAT (GOT) Es monoreagen (dibuat dengan mencampurkan 4 bagian R1 dengan
1 bagian R2, kemudian ditunggu 30 menit)
· Sampel
serum
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium
:
· Injeksi
per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
·
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat
menurunkan kadar SGOT/AST
· Hemolisis
sampel darah
·
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin,
karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin,
nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin,
vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi
(metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam
(Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral,
teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang
keliru. (Riswanto.2009)
PEMERIKSAAN FUNGSI HATI
Pemeriksaan terhadap fungsi hati
secara umum meliputi Alanine aminotransferase (ALT), Aspartarte
aminotransferase (AST), Alkaline phosphatase (ALP), Gamma glutamyl transferase
(GGT atau Gamma GT), Bilirubin, Albumin, pemeriksaan massa prothrombin (PT) dan
International Normalised Ratio (INR). Masing-masing pemeriksaan tersebut
menjadi petunjuk untuk mengetahui apakah ada masalah pada fungsi hati atau
tidak. Hasil yang ingin diketahui dari pemeriksaan yang telah disebutkan
sebelumnya adalah:
1. Alanine Tranaminase (ALT)
Ini merupakan enzim yang ditemukan
terutama di dalam sel hati. ALT dapat membantu metabolisme protein dalam tubuh.
Dalam kondisi normal, kadar ALT di dalam darah adalah rendah. Sebaliknya,
tingginya kadar ALT mengindikasikan adanya kerusakan hati.
2. Aspartate Transaminase (AST)
Enzim AST berperan dalam metabolisme
alanine. AST ditemukan dalam kadar yang tinggi di sel-sel hati, jantung, dan
otot-otot lainnya. Namun jika AST tersebut ditemukan dengan kadar yang tinggi
di dalam darah, ini mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati.
3. Alkaline Phosphatase (ALP)
Enzim ALP ditemukan dalam
konsentrasi yang tinggi di hati, saluran emmpedu, dan beberapa jaringan
lainnya. Peningkatan kadar ALP mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit
hati, terutama bila terjadi sumbatan di saluran empedu.
4. Albumin dan Total Protein
Kadar Albumin (protein yang dibuat
di hati) dan protein total menunjukkan baiknya kemampuan hati memproduksi
protein untuk kebutuhan tubuh memerangi infeksi dan menjaga fungsi lainnya.
Berkurangnya kadar dari nilai normal mengindikasikan adanya kerusakan atau
penyakit hati.
5. Bilirubin
Bilirubin dihasilkan oleh pemecahan
hemoglobin di dalam hati. Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang
melalui feses. Peningkatan kadar bilirubin menunjukkan adanya penyakit hati
atau saluran empedu.
6. Gamma glutamyl transferase (GGT atau
Gamma GT)
Pemeriksaan Gamma glutamyl
transferase (GGT atau Gamma GT), bertujuan sebagai indikator untuk para
pengguna alkohol. Pemeriksaan GGT ini biasa dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan ALP untuk meyakinkan bahwa kenaikan angka pada ALP disebabkan
karena adanya masalah pada hati, bukan karena faktor lain.
7. Albumin
Pemeriksaan Albumin, bertujuan untuk
mengetahui penurunan kadar albumin yang biasa terjadi pada penyakit hati
kronik. Tetapi, penurunan albumin juga bisa disebabkan karena kekurangan
protein.
8. Massa Prothrombin (PT) dan International
Normalised Ratio (INR)
Pemeriksaan Massa Prothrombin (PT)
dan International Normalised Ratio (INR), bertujuan sebagai indikasi apakah
penyakit hati semakin buruk atau tidak. Peningkatan angka menunjukkan penyakit
kronik menjadi semakin buruk.
Jika ada kecurigaan penderita
mengalami kanker hati, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Misalnya,
pemeriksaan kadar protein dalam darah yang disebut Alpha fetoprotein (AFP).
Kenaikan nilai AFP menunjukkan tingkat parahnya kanker hati yang diderita,
sedangkan penurunan nilai AFP menujukkan menjinaknya kanker karena pengobatan
yang berhasil. Pemeriksaan ini sangat penting pada penderita kanker untuk
memantau efektivitas pengobatan yang sedang dilakukan. Pada penderita kanker
bilier, pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah CA 19-9 dan CEA
Pemeriksaan hati yang rutin sangat baik
untuk memastikan agar organ ini dapat terus bekerja secara maksimal. Hindari
sakit hati dengan melakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum terlambat.
Mengapa pengambilan
spesimen serum yang baik penting...?
Karena pengambilan serum
yang baik penting untuk pemeriksaan dan
alat laboratorium.
Pengambilan darah yang baik penting untuk
mendapatkan serum yang baik. Untuk pemeriksaan Laboratorium klinik serum yang
baik itu penting untuk mencegah rusaknya Alat Laboratorium yang saat kita
gunakan. Perlu kita ketahui alat alat dilaboratorium itu mahal mahal harganya.
Untuk itu guna pengambilan spesimen yang baik dan benar itu penting.
Bagaimana cara mengambil darah yang baik
tersebut;
Darah
vena diperoleh dengan jalan fungsi vena. Jarum yang digunakan untuk menembus
vena itu hendaknya cukup besar, sedangkan ujungnya harus runcing, tajam dan
lurus. Danjurkan untuk memakai jarum dan semprint yang dispossible; semprit semacam itu biasanya dibuat dari semacam
plastik. Baik semprint maupun jarum hendaknya dibuang setelah dipakai,
janganlah disterilkan lagi guna pemakainan berulang. (Ripani, Ahmad. 2015)
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah
adalah :
Ø Lengan
pada sisi mastectomy
Ø Daerah
edema
Ø Hematoma
Ø Daerah
dimana darah sedang ditransfusikan
Ø Daerah
bekas luka
Ø Daerah
dengan cannula, fistula atau
cangkokan vascular
Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan
darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat
tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena,
yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat
suntik (syring), sedangkan cara vakum
dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
(Muluc, Mulki. 2017)
Menurut Wulandari, suci.
2015
CARA
KERJA PENGAMBILAN DARAH VENA DENGAN SPUIT/SYRING:
1. Persiapkan
alat2 yg digunakan:spuit,kapas alcohol 70%,tourniquet,plester,dan tabung
2. Lakukan
pendekatan dengan pasien dengan tenang dan ramah
3. Identifikasi
pasien dengan benar sesuai dengan data dilembar permintaan
4. Verfikasi
keadaan pasien,misalnya puasa atau konsumsi obat,catat bila pasien sedang puasa
atau konsumsi obat
5. Minta
pasien meluruskan lengannya,pilih lengan yg banyak melakukan aktifitas
6. Minta
pasien mengepalkan tangannya
7. Pasang
tourniquet kira2 10 cm diatas lipas siku(3 jari)
8. Pilih
bagian median cubital atau basilica atau cephalica.Lakukan perabaan untuk
memastikan posisi vena,vena teraba spt pipa kecil,elastis,dan memiliki dinding
tebal.Jika vena tida teraba,lalukan pengurutan dari arah pergelangan
kesiku,atau kompres dgn air hangat slm 5 menit didaerah lengan
9. Bersihkan
kulit pd bagian yang akan diambil darah dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering.
10. Tusuk
bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas(40o ).jika jarum telah
masuk kedalam vena,akan terlihat darah masuk kedalam spuit(dinamakan
flash).Usahakan sekali tusuk kena
11. Letakkan
kapas kering ditempat suntikkan lalu lepaskan tourniquet lalu segera
lepaskan/tarik jarum.Tekan kapas beberapa saat lalu kenakan plester kira2 15 menit.
12. JANGAN
MENARIK JARUM SEBELUM TURNIQUET DIBUKA.
Menurut Ripani, Ahmad.
2015
PEMBUATAN
SERUM DARI DARAH VENA
1. Darah
vena yang didapatkan dari sampling tadi dimasukkan dalam tabung sentrifuge dan
didiamkan 15 – 30 menit agar darah membeku.
2. Setelah
membeku darah dimasukan dalam sentrifuge.
3. Disentrifuge
selama 10 menit pada 1500 rpm atau 5 menit pada 2000 rpm.
4. Tabung
senrifuge dikeluarkan.
5. Serum
yang terjadi segera dipisahkan dari bekuan darah dengan pipet atau mikropipet
dan dmasukkan dalam tabung yang bersih dan kering.
6. Apabila
tidak segera diperiksa, maka serum disimpan dalam kulkas suhu 2 – 8oC
atau suhu beku pada freezer
B.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan I :
Menurut (Suartini, 2013),
Faktor pra analitik, analitik maupun
post analitik perlu diperhatikan dalam pemeriksaan aktivitas enzim ini. Faktor
ini perlu diperhatikan karena aktivitas enzim banyak dipengaruhi oleh suhu,
substrat, waktu, dan konsentrasi dari zat yang diubah. Dalam kasus ini,
faktor-faktor di atas diduga telah dikendalikan dengan baik. Hemolisis dapat
dihindari mulai dari pengambilan sampel hingga pemisahan serum dari sel-sel
darah setelah dicentrifuge. Reagen yang digunakan telah dikalibrasi dengan alat
TMS Analyzer yang berada di Rumah Sakit Orthopedi. Quality Control dilakukan setiap hari sebelum
pemeriksaan dilakukan.
3.2 Kesimpulan II :
Faktor
pra-analitik untuk pemeriksaan enzim SGOT di laboratorium yang perlu
diperhatikan antara lain pengambilan spesimen darah dan persiapan reagen serta
alat yang digunakan. Pengambilan spesimen harus memperhatikan kemungkinan
terjadinya hemolisis. Darah diambil dan ditampung pada tabung tanpa
antikoagulan (plain) kemudian dilakukan pemusingan untuk mendapatkan serum.
Hemolisis perlu dihindari karena dapat mempengaruhi temuan laboratorium. SGOT
terdapat pada sel-sel darah merah, sehingga apabila terjadi hemolisis akan
terjadi peningkatan kadar SGOT yang keluar dari sel darah merah (Kee, 2007).
3.3 Saran :
Untuk pemeriksaan SGOT hal hal yang perlu diperhatikan
- Pengambilan darah
pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
- Trauma pada proses
pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar
- Hemolisis sampel
- Obat-obatan dapat
meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin,
gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika
(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa,
guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat,
rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral
(progestin-estrogen), lead dan heparin.
- Aspirin dapat
meningkatkan atau menurunkan kadar.
3.4 Masalah
Klinis
- Enzim SGOT dan
SGPT dapat meningkat karena adanya gangguan fungsi hati, dan penanda
kerusakan sel lainnya, yang salah satu penyebabnya adalah proses infeksi
yang disebabkan oleh virus.
- Peningkatan
SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia)
- Peningkatan
3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan
empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
- Peningkatan
1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis
biliaris.
·
Hemolisis
sampel darah
·
Obat-obatan
dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin,
kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,
polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika
(kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin),
metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin
(Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat
dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.
Daftar Pustaka
Ripani, Ahmad. 2015.Kimia Klinik Kimia Darah Edisi II jilid 2. Banjarmasin
: SMK Unggulan Husada.
Riswanto, 2009, SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase).
Kee J.L., 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Ed. 6.
Jakarta: EGC. hlm 15, 16.
Wulandari, Suci. 2015. Pengambilan sampel darah vena.
Nama : fajar setiawan
Nama Kampus : Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru